Sebenarnya setiap perusahaan mempunyai hak untuk menentukan sistem penilaian persediaan yang dimilikinya.
Asalkan perusahaan tersebut mengaplikasikan sistem penilaian tersebut dengan konsisten.
Hal tersebut bertujuan untuk menjaga validitas dan realitas dalam laporan keuangan perusahaan.
Salah satu informasi penilaian persediaan tersebut harus bisa digunakan memenuhi beberapa hal yang sudah ditetapkan oleh pihak manajemen.
Misalnya seperti kapan pengakuan barang tersebut diakui sebagai persediaan, kapan barang tersebut tidak diakui sebagai persediaan oleh perusahaan.
Nah untuk lebih jelasnya tentang sistem penilaian persediaan, berikut akan kami jelaskan secara lengkap dan jelas lengkap dengan contoh serta penjelasannya.
1. Metode Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Perolehan
Metode ini mengakui nilai persediaan sama dengan harga perolehan persediaan tersebut.
Untuk bisa menentapkan nilai persediaan akhir, bisa dilakukan dalam sistem pencatatan fisik atau perpetual.
1.1 Sistem Periodik
1.1.1 Metode Tanda Pengenal Khusus
Metode yang satu ini memberikan tanda khusus yang sama untuk semua barang yang mempunyai harga perolehan sama, sehingga ketika mengadakan inventarisasi dikategorikan berdasarkan tandanya.
Dan setelah itu dihitung jumlahnya.
Contoh
PT Juara Jaya selama bulan Januari 2019 mempunyai data persediaan, yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan data dari inventaris secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 31 Januari 2019 sebanyak 3.000 unit.
Unit tersebut terdiri dari pembelian tanggal 30 Januari 2019 sebanyak 50%, pembelian pada tanggal 25 Januari 2019 25%, dan sisanya pembelian pada tanggal 5 Januari 2019.
Jawab
1.1.2 Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Adalah sistem penilaian persediaan yang menganggap bahwa persediaan pada pembelian pertama dijual terlebih dahulu.
Oleh karena itu saldo atau pun persediaan akhir dinilai berdasarkan pada pembelian atau persediaan yang terakhir.
1.1.3 Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
Adalah sistem penilaian persediaan yang menganggap bahwa setiap penjualan ini dinilai berdasarkan harga pembelian yang terakhir.
Oleh karena itu saldo atau persediaan akhir dinilai berdasarkan pembelian atau persediaan awal.
1.1.4 Metode Rata – Rata Tertimbang
Adalah metode yang menilai persediaan berdasarkan harga rata – rata dari jumlah barang yang diperoleh atau dibeli.
Contoh
PD Senotosa selama bulan Februari 2019 memiliki catatan tentang persediaan barang dagangan sebagai berikut:
Berdasarkan data yang diperoleh dari inventarisasi secara fisik, persediaan barang pada tanggal 28 Febuari sebanyak 7.000 unit.
Diminta
Hitunglah nilai persediaan barang dagangan yang tersisa pada tanggal 28 Febuari 2019 apabila menggunakan:
- Metode FIFO
- Metode LIFO
- Metode rata rata tertimbang
Jawab
- Metode FIFO
- Metode LIFO
- Metode rata rata tertimbang
((4000 x Rp. 6.500) + (2500 x Rp. 6.400) + (1500 x Rp. 6.300) + (3000 x Rp. 6.600) + (4000 x Rp. 6.800) + (2000 x Rp. 6.250)) : (4000 + 2500 + 1500 + 3000 + 4000 + 2000)
(Rp. 26.000.000 + Rp. 16.000.000 + Rp. 9.450.000 + Rp. 19.800.000 + Rp. 27.200.000 + Rp. 12.500.000) : 17.000
Rp. 110.950.000 : 17.000 = Rp. 6.526,47
Nilai persediaan pada 28 Feb 2019 adalah 7.000 unit x Rp. 6.526,47 = Rp. 45.685.290
1.2 Sistem Perpetual
Contoh
PD Berlian menggunakan sistem pencatatan perpetual dalam melakukan pencatatan atas persediaannya. Pada bulan Maret 2019 memiliki data yang berkaitan dengan persediaan barang dagangannya, yaitu sebagai berikut:
Diminta
Tentukanlah besarnya nilai persediaan pada tanggal 31 Maret 2019 dengan menggunakan metode berikut ini.
- Metode FIFO/MPKP
- Metode LIFO/MTKP
- Metode Rata – Rata bergerak
Jawab
1.2.1 Metode FIFO

Berdasarkan kartu persediaan metode FIFO nilai persediaan pada 31 Maret 2019 adalah:
1.000 unit @ Rp. 850 = Rp. 850.000
6.000 unit @ Rp. 875 = Rp. 5.250.000
Total 7.000 unit dengan harga Rp. 6.100.000
1.2.2 Metode LIFO

Berdasarkan kartu persediaan metode LIFO nilai persediaan pada 31 Maret 2019 adalah:
1.000 unit @ Rp. 850 = Rp. 850.000
6.000 unit @ Rp. 875 = Rp. 5.250.000
Total 7.000 unit dengan harga Rp. 6.100.000
1.2.3 Metode Rata–Rata Bergerak

Berdasarkan kartu persediaan metode rata – rata bergerak nilai persediaan pada 31 Maret 2019 adalah:
7.000 unit @ Rp. 874,234694 = Rp. 6.119.642,86
2. Sistem Pengganti (Replecement Cost)
Pada metode ini besarnya persediaan tidak lah selalu sama dengan harga perolehan-nya, namun sesuai berdasarkan prinsip akuntansi (konservatisme).
Apabila harga pasar lebih rendah, maka persediaan harus dicatat sebesar nilai penggantinya atau sebesar harga pasar.
Oleh karena itu metode ini bisa disebut cost or market whichever is lower atau metode nilai terendah antara harga perolehan dengan harga pasar.
Karena persediaan dicatat dibawah harga perolehan-nya, maka untuk penurunan nilai harus dibuat jurnal penyesuaiannya.
Pengaplikasian sistem ini bisa dilakukan berdasarkan:
- Setiap jenis barang
- Setiap kelompok atau bagian
- Total keseluruhan persediaan
Contoh
Menentukan nilai persediaan dengan menggunakan sistem pengganti, berdasarkan:
Diminta
- Setiap jenis
- Masing-masing kelompok
- Total keseluruhan
Membuat jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai persediaan
Jawab

Nilai persediaan berdasarkan:
- Nilai terendah setiap jenis = Rp. 25.415.000
- Nilai terendah secara kelompok = Rp. 25.875.000
- Nilai terendah secara total = Rp. 25.990.000
Kerugian akibat penurunan persediaan = harga perolehan – nilai terendah
Kerugian penurunan:
- Untuk setiap jenis = Rp. 26.950.000 – Rp. 25.415.000 = Rp. 1.535.000
- Secara kelompok = Rp. 26.950.000 – Rp. 25.875.000 = Rp. 1.075.000
- Secara total = Rp. 26.950.000 – Rp. 25.990.000 = Rp. 960.000
Jurnal penyesuaian:

3. Sistem Penilaian Secara Taksiran
Sistem ini diaplikasikan apabila:
- Tidak terdapat data yang lengkap tentang persediaan, catatan perpetual, dan lain sebagainya.
- Terjadinya suatu musibah seperti kebakaran, banjir dan lain sebagainya yang menyulitkan untuk menentukan nilai persediaan dengan tepat. Oleh karena itu diperlukan adanya taksiran yang mendekati kenyataannya.
- Untuk menentukan keadaan persediaan secara berkala misalnya setiap minggu atau bulan
3. 1 Metode Harga Eceran
Metode ini berdasarkan atas konsep adanya hubungan yang konstan dan dekat antara harga perolehan dengan harga jual suatu barang.
Berikut merupakan beberapa langkah yang bisa digunakan untuk menentukan nilai persediaan.
- Tentukanlah harga eceran atau harga jual.
- Tentukanlah rasio atau perbandingan antara harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dengan harga eceran-nya.
- Tentukanlah nilai persediaan akhir berdasarkan harga eceran. Yaitu barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan harga eceran – penjualan.
- Tentukanlah nilai persediaan yang didasarkan pada persentase rasio harga perolehan terhadap harga eceran.
Contoh
CV Sentosa memiliki catatan sebagai berikut.
Diminta
Tentukanlah nilai persediaan pada tanggal 31 Desember 2019!
Jawab
Ratio harga Perolehan terhadap harga eceran:
Harga perolehan : Harga eceran x 100%
Rp. 60.000.000 : Rp. 80.000.000 x 100% = 75%
3.2 Metode Laba Bruto
Dengan menggunakan metode ini penentuan persentase laba bruto terhadap penjualan didasarkan pada laporan keuangan tahun sebelumnya.
Berikut merupakan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menentukan nilai persediaan:
- Menentukan % laba bruto
- Menghitung berapa jumlah barang yang tersedia untuk dijual didasarkan pada harga perolehannya
- Tentukanlah harga perolehan barang yang dijual. Yaitu dengan cara (penjualan bersih – laba bruto)
- Tentukanlah nilai persediaan. Yaitu dengan cara (barang yang tersedia untuk dijual – harga perolehan barang yang dijual)
Contoh
CV Jaya selalu memiliki catatan yang berkaitan dengan persediaan barang dagangan, yaitu sebagai berikut:
Diminta
Tentukanlah nilai persediaan akhir pada tanggal 31 Desember 2020 apabila laba bruto ditaksir sama dengan tahun sebelumnya.
Jawab


Akhir Kata
Demikianlah sedikit pembahasan tentang penilaian persediaan. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan.
Jika ada kritik, saran, atau pertanyaan silakan sampaikan di kolom komentar. Terima kasih.