Setiap asset atau aktiva yang dipakai oleh perusahaan jika dipakai secara terus menerus akan mengalami penurunan nilai.
Hal tersebutlah yang menyebabkan nilai ekonomis dan masa manfaat dari suatu asset semakin berkurang dari waktu ke waktu.
Oleh karenanya hal inilah yang menyebabkan adanya penyusutan atau depresiasi pada setiap asset kecuali tanah.
Depresiasi adalah alokasi yang disediakan secara sistematis untuk mengurangi jumlah nilai suatu asset selama umur manfaatnya.
Proses penyusutan ini penekanan utamanya pada pengalokasian biaya dari biaya asset tetap ke biaya periode.
Hal tersebut untuk ditandingkan dengan pendapatan yang dilaporkan pada setiap periode selama asset tersebut dipakai.
Nah, untuk lebih jelasnya silahkan simak artikel berikut ini dengan seksama.
Pengertian Penyusutan Menurut Para Ahli
Rudianto (2009, 276)
“Depresiasi adalah pengalokasian harga perolehan asset tetap menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari asset tetap tersebut”.
Libby, et all (2007, 402)
“Depresiasi adalah proses alokasi biaya bangunan dan peralatan selama masa manfaat produktif asset menggunakan metode yang sistematik dan rasional”.
Zaki Baridwan (2008, 306)
“Depresiasi adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain dari asset tetap berwujud, dikurangi dengan nilai sisa (jika ada). Selama umur kegunaan unit itu yang ditaksir (mungkin berupa suatu kumpulan asset – asset) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional”.
Sofyan Harahap (1999,53)
“Depresiasi adalah pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaannya atau dapat juga kita sebut sebagai biaya dibebankan terhadap produksi akibat penggunaan aktiva tetap dalam proses produksi”.
Kieso, Weygant, dan Warfield (2001, 550)
“Penyusutan adalah proses akuntansi untuk mengalokasikan biaya asset berwujud menjadi beban secara sistematis dan nasional untuk periode – periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan asset tersebut”.
PSAK 17 (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang bisa disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung atau tidak langsung”.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Depresiasi
Terdapat 3 faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya penyusutan terhadap suatu aktiva tetap, yaitu sebagai berikut:
Harga Perolehan (Acquisition Cost)
Harga perolehan adalah seluruh biaya yang terjadi / dikeluarkan untuk memperoleh asset tetap sehingga siap untuk digunakan dalam berbagai kegiatan normal perusahaan.
Biaya perolehan asset tetap ini berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2-14:16.16) adalah sebagai berikut.
- Harga perolehannya termasuk bea impor, pajak pembelian yang tidak bisa dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan laba.
- Semua biaya yang bisa diatribusikan secara langsung untuk membawa aktiva ke lokasi dan dengan kondisi yang diinginkan agar aktiva tersebut siap dipakai sesuai dengan internal manajemen.
- Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi lokasi aktiva. Kewajiban tersebut timbul pada saat asset tetap didapatkan atau sebagai konsekuensi penggunaan aktiva tetap selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk memproduksi persediaan selama periode tertentu.
Nilai Sisa / Nilai Residu
Nilai residu adalah jumlah atau nilai yang diperkirakan akan bisa diterima jika aktiva yang bersangkutan dijual / ditukarkan pada saat asset tersebut sudah tidak bisa dipakai lagi secara otomatis.
Umur Ekonomis
Umur ekonomis adalah taksiran umur kegunaan suatu aktiva yang dipengaruhi oleh cara pemeliharaan dan kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur tersebut bisa dinyatakan dengan menggunakan satuan periode waktu, hasil produksi, atau jam kerja.
Metode Penyusutan
Terdapat beberapa cara atau metode yang bisa digunakan untuk menghitung depresiasi aktiva tetap, yaitu sebagai berikut:
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus adalah metode penyusutan yang menghasilkan beban depresiasi yang relative sama pada setiap periode selama masa manfaat aktiva.
Waktu adalah dasar satu – satunya yang digunakan sebagai dasar perhitungan. Perlu diketahui metode ini sangatlah sederhana dan paling banyak digunakan.
Berikut merupakan rumus metode garis lurus.

Keterangan:
HP = Harga Perolehan
NS = Nilai Sisa/Residu
UE = Umur Ekonomis

Dalam metode ini menggunakan asumsi bahwa pembebanan depresiasi adalah setiap aktiva tetap akan memberikan manfaat yang sama pada setiap peridodenya sepanjang umur aktiva.
Dan pembebanannya tersebut tidak terpengaruh oleh perubahan produksi dan efisiesi asset. Metode ini cocok dipakai untuk aktiva tetap yang pemakaiannya dari periode ke periode relative sama, seperti gedung kantor.
Contoh Soal
Diketahui harga perolehan suatu mesin adalah Rp. 32.000.000. Umur ekonomisnya adalah 5 tahun, dan nilai sisa ditaksir Rp. 8.000.000.
Diminta:
- Berapa beban depresiasi setiap tahunnya?
- Berapa tarif depresiasi setiap tahunnya?
Jawab:
Beban Penyusutan = (Rp. 32.000.000 – Rp. 8.000.000) : 5 = Rp. 4.800.000
Tarif Penyusutan = Rp. 4.800.000 : (Rp. 32.000.000 – Rp. 8.000.000) x 100% = 20%
2. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of The Years Digits Method)
Metode jumlah angka tahun adalah metode yang menghasilkan beban depresiasi yang menurun dalam setiap tahun berikutnya.
Tarif penyusutan yang ada dalam metode ini adalah suatu bilangan pecahan yang semakin lama semakin kecil.
Pembilang dalam pecahan tersebut adalah angka – angka tahun yang terdapat selama umur ekonomis asset tetap yang bersangkutan.
Pembilang untuk tahun ke-1 yaitu angka tahun terakhir, untuk ke-2 adalah angka tahun terakhir dikurangi dengan 1, dan seterusnya.
Dan pembilang untuk tahun terakhir yaitu 1 / angka tahun pertama. Penyebutnya yaitu jumlah angka – angka tahun yang ada.
Berikut merupakan rumus jumlah angka tahun.

Keterangan
n = umur ekonomis
Contoh Soal 1
Sebuah mesin diketahui diperoleh dengan harga Rp. 32.000.000. Umur ekonomis 5 tahun dan nilai residu ditaksir sebesar Rp. 8.000.000.
Diminta:
Hitunglah beban penyusutan dengan menggunakan metode jumlah angka tahun!
Jawab:

Penjelasan:
Jumlah angka tahun = 5 x (1 + 5) : 2 = 15
Tahun I = 5/15 x (Rp.32.000.000 – Rp. 8.000.000) = Rp. 8.000.000
Tahun II = 4/15 x (Rp.32.000.000 – Rp. 8.000.000) = Rp. 6.400.000
Tahun III = 3/15 x (Rp.32.000.000 – Rp. 8.000.000) = Rp. 4.800.000
Tahun VI = 2/15 x (Rp.32.000.000 – Rp. 8.000.000) = Rp. 3.200.000
Tahun V = 1/15 x (Rp.32.000.000 – Rp. 8.000.000) = Rp. 1.600.000
Contoh Soal 2
Sebuah kendaraan dibeli pada bulan Juni 2019 dengan harga Rp. 24.000.000. Mulai dioperasikan bulan Juli 2019. Umur ekonomisnya ditaksir 6 tahun. Dan dengan nilai residu sebesar Rp. 3.000.000.
Diminta:
Buatlah jurnal penyesuaian terhadap penyusutan kendaraan tersebut pada 31 Desember 2019 dan 2020!
Jawab:
Penyusutan tahun I = 6/21 x (Rp. 24.000.000 – Rp. 3.000.000) = Rp. 6.000.000
Penyusutan tahun II = 5/21 x (Rp. 24.000.000 – Rp. 3.000.000) = Rp. 5.000.000
Tahun 2019 (Juni s/d Desember = (6 bulan)) = 6/12 x Rp. 6.000.000 = Rp. 3.000.000
Total tahun 2019 = Rp. 3.000.000
Tahun 2020 (Jan s/d Juli) = 6/12 x Rp. 6.000.000 = Rp. 3.000.000
Tahun 2020 (Jun s/d Des) = 6/12 x Rp. 5.000.000 = Rp. 2.500.000
Total tahun 2020 = Rp. 5.500.000

3. Metode Saldo Menurun Ganda / Tarif Tetap atas Nilai Buku (Double Dechining Balance Method)
Adalah metode yang menghasilkan depresiasi periodik yang menurun selama estimasi umur ekonomi aktiva.
Oleh karenanya metode ini pada dasarnya sama dengan metode jumlah angka tahun yang dimana besarnya beban depresiasi akan menurun pada setiap tahunnya.
Tarif penyusutan dalam metode ini sama dengan 2 kali besarnya tariff penyusutan berdasarkan metode garis lurus.
Metode saldo menurun ganda tidak menetapkan besarnya nilai sisa. Pada setiap akhir periode besarnya taksiran nilai sisa ini sama dengan nilai buku.
Berikut merupakan rumus metode saldo menurun ganda.

Contoh Soal
Diketahui harga perolehan sebuah mesin adalah Rp. 32.000.000. Umur ekonomisnya ditaksir 5 tahun.
Tarif penyusutannya dengan menggunakan metode garis lurus adalah 20%/th dari jumlah yang disusutkan.
Ditanya:
Tentukanlah besar depresiasi periodik dengan menggunakan metode saldo menurun ganda!
Jawab:

4. Metode Hasil Produksi / Unit Produksi (Productive Output Method)
Adalah metode yang berdasarkan pada anggapan bahwa aktiva yang didapatkan diharapkan bisa memberikan jasa dalam bentuk unit produksi tertentu.
Metode ini membutuhkan suatu estimasi tetang total unit keluaran yang bisa dihasilkan oleh suatu asset.
Dalam metode ini umur ekonomis suatu asset ditaksir dalam jumlah unit produksi, dan beban depresiasinya akan dihitung berdasarkan satuan hasil produksi.
Rumus metode hasil produksi.


Contoh Soal
Sebuah mesin diketahui harga perolehannya sebesar Rp.23.000.000 dengan nilai residu ditaksir Rp.3.000.000.
Taksiran produksi selama umur ekonomis sebesar 4.000.000 unit produksi. Selama tahun 2019 produksi yang dihasilkan 600.000 unit dan tahun 2020 sebesar 800.000 unit.
Diminta:
Hitunglah beban depresiasi pada tahun 2019 dan 2020!
Jawab:
Tarif penyusutan per unit (setahun) = (Rp.23.000.000 – Rp.3.000.000) : Rp.4.000.000 = Rp.5
Beban depresiasi = th 2019 = 600.000 x Rp.5 = Rp.3.000.000
th 2020 = 800.000 x Rp.5 = Rp.4.000.000
5. Metode Jam Kerja (Service House Method)
Metode jam kerja adalah metode yang berdasarkan pada anggapan bahwa aktiva akan lebih cepat rusak jika dipakai sepenuhnya daripada dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya.
Beban depresiasi dari suatu asset tetap berwujud ini akan tergantung pada jam kerja yang terpakai. Karena metode ini berdasarkan jumlah jam kerja.
Rumus metode jam kerja.


Contoh Soal
Diketahui sebuah mesin dengan harga perolehan Rp.23.000.000. Nilai sisa ditaksir Rp.3.000.000.
Taksiran jam kerja selama umur ekonomis 10.000 jam. Selama tahun 2019 mesin tersebut dipakai selama 1.800 jam.
Ditanya:
Berapa besar beban depresiasi pada tahun 2019?
Jawab:
Tarif = (Rp.23.000.000 – Rp.3.000.000) : 10.000 = Rp.2.000
Beban pada tahun 2019 = 1.800 x Rp.2.000 = Rp.3.600.000
Akhir Kata
Demikianlah sedikit penjelasan tentang depresiasi aktiva tetap berwujud. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan kamu.
Jika ada saran, kritik, dan tambahan silakan tulis di kolom komentar. Terima kasih.
mengapa jika menggunakan metode saldo menurun ganda jumlah akhir aktiva tdk bisa 0 pdhl tdak ada nilai residunya
Jika melihat dari contoh soal yang saya berikan, sebenarnya untuk aktiva tersebut masih ada nilai residu sebesar Rp.2.488.320. Dengan kata lain, pada saat penyusutan tahun ke 5 itu nilainya belum habis.
dan setelah saya hitung dari contoh tersebut jumlah akhir aktiva akan 0 pada tahun ke 22