Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah suatu perbandingan atau rasio yang dipakai untuk mengukur kemampuan dan juga kesuksesan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan yang kaitannya dengan penjualan, aset dan ekuitas.
Rasio profitabilitas dipakai dengan tujuan untuk menunjukan seberapa besar keuntungan yang didapatkan dari kinerja perusahaan.
Rasio ini mampu dijadikan sebagai alat ukur untuk menilai efisiensi manajemen suatu perusahaan. Tolak ukur tersebut dapat ditunjukkan oleh keuntungan yang didapatkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Nah, untuk lebih memahami tentang rasio profitabilitas yuk simak dengan seksama penjelasannya berikut ini.
Pengertian Rasio Profitabilitas Menurut Para Ahli
Supaya lebih memahami tentang pengertian dari rasio profitabilitas, berikut merupakan beberapa pendapat yang disampaikan oleh para ahli.
Kasmir (2011:196)
“Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam mencari keuntungan.”
Brigham dan Houston (2009:107)
“Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang memperlihatkan gabungan berbagai efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi.”
Fred Weston dan Thomas E. Copeland (2010:237)
“Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.”
Sutrisno (2009:222)
“Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang bisa didapatkan oleh perusahaan.”
Mahmud M. Hanafi (2012:81)
“Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.”
Sudana (2011:22)
“Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan berbagai sumber yang dimiliki perusahaan, misalnya seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan.”
Fahmi (2013:135)
“Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang didapatkan dalam hubungannya dengan penjualan atau investasi.
Semakin baik atau tinggi nilai dari rasio profitabilitas, maka akan semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.”
Tujuan Rasio Profitabilitas
Berikut ini beberapa tujuan pemakaian rasio profitabilitas bagi perusahaan dan bagi pihak luar perusahaan yang mempunyai kepentingan.
- Untuk menghitung dan mengukur tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan dalam periode tertentu.
- Untuk membandingkan dan juga menilai posisi antara laba perusahaan periode sebelumnya dengan periode sekarang.
- Untuk melakukan penilaian terhadap perkembangan laba dari waktu ke waktu.
- Untuk melakukan penilaian seberapa besar laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
- Untuk menilai dan mengukur produktivitas semua dana perusahaan yang dipakai baik modal yang dipinjam dari pihak lain atau modal sendiri.
- Untuk mengukur kemampuan dari perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua sumber yang ada.
- Untuk menilai kinerja dari manajemen dalam menjalankan aktivitas operasionalnya.
Manfaat Rasio Profitabilitas
Berikut merupakan beberapa manfaat yang bisa dirasakan dalam pemakaian rasio profitabilitas untuk menganalisis kemampuan perusahaan.
- Mengetahui seberapa besar tingkat keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dalam periode tertentu.
- Bisa mengevaluasi dan membandingkan posisi keuntungan perusahaan pada periode sebelumnya dengan periode sekarang.
- Mengetahui perkembangan dari keuntungan perusahaan dari waktu ke waktu.
- Mengetahui seberapa besar keuntungan bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
- Produktivitas dari semua dana perusahaan yang dipakai baik modal yang berasal dari pinjaman atau modal sendiri dapat dilihat dan juga dijadikan sebagai landasan yang sesuai dengan konsep dasar akuntansi dengan tujuan untuk merencanakan kebijakan yang akan diaplikasikan di masa yang akan datang.
Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas
Berdasarkan dengan tujuan yang akan dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang bisa dipakai. Setiap jenis rasio profitabilitas dipakai dengan tujuan untuk menilai dan juga mengukur posisi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode atau beberapa periode.
Berikut ini merupakan beberapa jenis profitabilitas tersebut.
1. Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin adalah rasio yang digunakan untuk menilai dan mengukur kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan.
Dengan kata lain adalah rasio yang mengukur keuntungan dengan membandingkan antara laba bersih setelah bunga dan pajak dengan penjualan perusahaan.
Hubungan antara laba bersih setelah bunga dan pajak dengan penjualan memperlihatkan kemampuan manajemen dalam melaksanakan kegiatan dalam perusahaan sampai dapat dikatakan berhasil dalam memulihkan atau mengendalikan harga pokok barang dagangan / jasa, beban operasi, penyusutan, bunga pinjaman dan pajak.
Rasio ini memperlihatkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan yang dilakukannya.
Semakin tinggi atau besar nilai dari rasio net profit margin maka akan semakin baik perusahaan tersebut. Hal tersebut dikarenakan kemampuan dari perusahaan dalam memperoleh laba cukup tinggi.
Kemampuan baik tersebut karena perusahaan mampu untuk menetapkan harga produknya dengan baik dan sukses menekan atau mengendalikan biaya yang ada dengan baik.
Net profit margin akan sangat bermanfaat jika membandingkan profitabilitas perusahaan yang berada di industri yang sama, terutama untuk menganalisis kemampuan dari perusahaan pesaing.
Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang berada di industry yang sama mempunyai lingkungan bisnis dan juga basis pelanggan yang sama serta mempunyai struktur biaya yang hampir sama juga.
Pada umumnya perusahaan yang mempunyai nilai net profit margin ratio lebih dari 10% sudah bisa dikatakan sangat baik. Untuk rata – rata industri sejenis rasio ini berada pada angka 5%.
Berikut merupakan rumus yang dapat digunakan untuk menghitung net profit margin ratio.

2. Return on Assets (ROA)
Return on Assets adalah rasio yang memperlihatkan kemampuan perusahaan dengan memakai semua aktiva atau aset yang dimiliki untuk mendapatkan laba setelah bunga dan pajak.
Rasio ini cukup penting bagi pihak manajemen perusahaan untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas dan efisiensi dari manajemen perusahaan dalam mengelola semua aset perusahaan.
Selain itu return on assets bisa membantu manajemen dan investor untuk menilai seberapa baik perusahaan mampu mengkonversikan investasi-nya ketika menjadi sebuah keuntungan.
Tingkat pengembalian aset sebetulnya juga bisa dianggap sebagai imbal hasil dari investasi bagi suatu perusahaan. Hal tersebut dikarenakan asset modal seringkali sebagai investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan.
Artinya uang atau modal yang diinvestasikan ke dalam aset modal dan tingkat pengembalian-nya diukur dalam bentuk laba yang didapatkan.
Semakin besar atau tinggi nilai dari return on assets, maka akan semakin efisien dan efektif penggunaan dari semua aset perusahaan. Artinya dengan jumlah aset yang sama dapat diperoleh laba yang lebih besar, dan begitu pula sebaliknya.
Laba bersih dan juga total asset adalah 2 faktor yang dapat mempengaruhi return on assets. Rata – rata industry sejenis pada rasio ini adalah sebesar 9%.
Berikut merupakan rumus yang dapat digunakan untuk menghitung return on assets ratio.

3. Return on Equity (ROE)
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan kemampuan dari perusahaan untuk mendapatkan laba setelah bunga dan pajak dengan memakai modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan.
Bagi para pemegang saham, rasio ini cukup penting untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi dari pengelolaan modal yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.
Karena return on equity ini memperlihatkan seberapa banyak laba yang bisa didapatkan oleh perusahaan dari setiap 1 rupiah uang yang diinvestasikan oleh para pemegang saham.
Semakin tinggi atau besar nilai dari return on equity, maka akan semakin efisien dan efektif penggunaan modal yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Rata – rata industry pada rasio ini adalah sebesar 15%.
Jika rasio ini menunjukan nilai yang negative, hal tersebut menunjukan bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami kerugian atau tidak mendapatkan keuntungan.
Berikut ini adalah rumus yang bisa digunakan untuk menghitung return on equity.

Contoh Soal Rasio Profitabilitas
Berikut ini merupakan beberapa contoh soal dan juga penjelasan setiap jenis rasio profitabilitas.
1. Contoh Perhitungan Net Profit Margin
Misalnya berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020, penjualan bersih atau net sales PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk adalah sebesar Rp.27.063.310.000.000.
Sedangkan laba bersih setelah bunga dan pajak perusahaan dengan kode saham SIDO ini adalah sebesar Rp.2.064.650.000.000.
Ditanya
Berapa margin laba bersih atau net profit margin dari PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk?
Jawab
Net profit margin = (Laba bersih setelah bunga dan pajak : Penjualan bersih) x 100%
Net profit margin = (Rp.2.064.650.000.000 : Rp.27.063.310.000.000) x 100% = 7,63%
Jadi net profit margin dari PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk adalah sebesar 7,63%. Angka tersebut menunjukan kinerja dari PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk cukup baik.
Hal tersebut dikarenakan nilai dari net profit margin melebihi dari standar industri yaitu sebesar 5%. Dengan demikian PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk dengan cukup baik menetapkan harga produknya dan berhasil menekan biaya yang ada.
2. Contoh Perhitungan Return on Assets
Misalnya dalam laporan keuangan per 31 Desember 2021, laba bersih PT Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah sebesar Rp.1.713.000.000.000.
Sedangkan untuk total asset atau aktivanya adalah sebesar Rp.61.433.000.000.000.
Ditanya
Berapa nilai dari return on assets (ROA) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk?
Jawab
Return on assets = (Laba bersih setelah bunga dan pajak : Total asset atau aktiva) x 100%
Return on assets = (Rp.1.713.000.000.000 : Rp.61.433.000.000.000) x 100 % = 2,79%
Jadi ROA dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan kode emiten TLKM adalah sebesar 2,79%. Angka tersebut menunjukan hasil yang kurang baik bagi suatu perusahaan karena masih dibawah standar industri sejenis yaitu sebesar 9%.
Hal tersebut bisa saja disebabkan oleh keputusan yang diambil perusahaan yang sengaja untuk memakai hutang dalam jumlah besar, dan beban bunga yang tinggi. Hal tersebutlah yang menjadi penyebab laba bersih menjadi relatif lebih rendah.
3. Contoh Perhitungan Return on Equity
Misalnya dalam laporan keuangan per 31 Desember 2022, laba bersih PT Gudang Garam Tbk adalah sebesar Rp.117.500.000.000.
Sedangkan total ekuitas biasa atau adalah sebesar Rp.940.000.000.000.
Ditanya
Berapakah rasio pengembalian ekuitas atau return on equity PT Gudang Garam Tbk?
Jawab
ROE = (Laba bersih setelah bunga dan pajak : Total modal) x 100%
ROE = (Rp.117.500.000.000 : Rp.940.000.000.000) x 100% = 12,5%
Nilai dari return on equity menunjukan nilai 12,5%, hal tersebut berarti masih belum maksimal-nya perusahaan dalam mengelola modalnya. Karena nilai tersebut masih dibawah standar industri sejenis yaitu sebesar 15%.
Akhir Kata
Demikianlah pembahasan mengenai rasio profitabilitas. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan kamu. Jika ada kritik, saran, atau pertanyaan silahkan sampaikan di kolom komentar. Terimakasih.